MATERI UKA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
SMP
KOMPETENSI DASAR
1.2 Mengidentifikasi potensi peserta
didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1.4 Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1.4 Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
INDIKATOR
·
Mengidentifikasi penyebab kesulitan
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika (SMP)
MATERI
Identifikasi
kesulitan belajar matematika siswa dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1.
Pendekatan Profil Materi
Pendekatan ini bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan dalam
profil penguasaan materi, yaitu kompetensi siswa terhadap (sub) materi
dibandingkan dengan kompetensinya terhadap (sub) materi lain, atau
membandingkan penguasaan siswa yang satu dengan siswa lain terhadap satu
kompetensi dasar tertentu.
2.
Pendekatan Prasyarat Pengetahuan dan Kemampuan
Pendekatan ini digunakan untuk mendeteksi kegagalan siswa
dalam hal pengetahuan prasyarat dalam satu kompetensi dasar tertentu
3.
Pendekatan Pencapaian Kompetensi Dasar dan Indikator
Pendekatan ini digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran atau indikator tertentu
4.
Pendekatan Kesalahan Konsep
Pendekatan ini digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa
dalam hal kesalahan konsep (misconception). Contoh sederhana misalnya siswa
salah konsep tentang bilangan kuadrat. Umumnya siswa akan menyatakan bahwa
bilangan kuadrat selalu merupakan bilangan positif. Atau selanjutnya dalam
prinsip pengkuadratan, kuadrat suatu bilangan real pasti positif (yang benar
adalah pasti tidak negatif, karena 02 = 0, dan jika a > 0, maka a^2 > 0,
sehingga seharus untuk setiap a^2 R, a^2 > 0)
5.
Pendekatan Pengetahuan Terstruktur
Pendekatan ini digunakan untuk mendiagnosis ketidakmampuan
siswa dalam memecahkan masalah yang terstruktur. Sebagai contoh siswa mengalami
kesulitan mengerjakan soal berikut: Empat tahun yang lalu umur seorang ayah
lima kali umur anaknya, dan tiga tahun yang akan datang umur ayah itu tiga kali
umur anaknya. Berapa umur anak itu sekarang?
Siswa mungkin tidak memahami bahasa soal tersebut sehingga tidak mampu menyusun bentuk aljabar yang sesuai. Selanjutnya, siswa tidak mampu menyusun bentuk aljabar dan kalimat terbuka yang sesuai denganmasalahnya
Siswa mungkin tidak memahami bahasa soal tersebut sehingga tidak mampu menyusun bentuk aljabar yang sesuai. Selanjutnya, siswa tidak mampu menyusun bentuk aljabar dan kalimat terbuka yang sesuai denganmasalahnya
Indikator
·
Mengidenfikifasi kemampuan awal yang
dibutuhkan siswa dalam pembelajaran suatu topik/konsep matematika (SMP)
Pada indikator ini akan diberikan beberapa contoh kesalahan
menyelesaikan masalah matematika, kemudian diharapkan peserta dapat mendiagnosa
kemampuan awal apa yang dibutuhkan siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut.
KOMPETENSI
DASAR
2.1 Memahami berbagai teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yangmendidik terkait dengan mata pelajaranyang
diampu.
2.2 Menerapkan berbagai
pendekatan,strategi, metode, dan teknik pembelajaranyang mendidik secara
kreatif dalam matapelajaran yang diampu
INDIKATOR
Mengenali ide atau konsep teori
belajar Vigotsky (SMP)
Materi
Prinsip-prinsip
Kunci Teori Konstruktivisme Vygotsky
Ratumanan (2004:45) menguraikan 5
prinsip-prinsip kunci teori Konstruktivisme oleh Vygotsky:
1.
Penekanan pada hakekat sosiokultural
belajar. ygotsky menekankan pentingnya peranan lingkungan kebudayaan dan
interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipe manusia. Siswa
sebaiknya belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang
lebih mampu. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa. Menurut Vygotsky fungsi kognitif manusia
berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya.
Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seorang terlibat secara sosial
dalam dialog. Pembentukan makna adalah dialog antar pribadi dalam hal ini
pebelajar tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga interaksi
dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain. Prinsip ini melahirkan
model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
2.
Daerah Perkembangan Terdekat ( Zone
of Proximal Development = ZPD). Vygotsky yakin bahwa belajar
terjadi jika anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan proksimal
mereka. Daerah proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit diatas
tingkat perkembangan seseorang saat ini, artinya bahwa daerah ini adalah daerah
antara tingkat perkembangan sesungguhnya (aktual) dan tingkat
perkembangan potensial anak. Tingkat perkembangan aktual adalah pemfungsian
intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk mempelajari sesuatu dengan
kemampuannya sendiri (kemampuan memecahkan masalah secara mandiri), sedang
tingkat perkembangan potensial anak adalah kondisi yang dapat dicapai oleh
seseorang individu dengan bantuan orang dewasa atau melalui kerja sama dengan
teman sebaya yang lebih mampu. (kemampuan memecahkan masalah dibawah bimbingan
orang dewasa atau teman sebaya). Jadi pada saat siswa bekerja dalam daerah
perkembangan terdekat (ZPD) mereka, tugas-tugas yang tidak dapat mereka
selesaikan sendiri, akan dapat mereka selesaikan dengan bantuan teman
sebaya atau orang dewasa. Pembelajaran di sekolah hendaknya bekerja dalam
daerah ini, menarik kemampuan-kemampuan anak dengan maksud
mendorong pertumbuhan seefektifnya.
3.
Pemagangan kognitif. Vygotsky
menekankan bahwa pemagangan kognitif mengacu pada proses di mana
seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap memperoleh keahlian melalui
interaksinya dengan pakar. Pakar yang dimaksud adalah orang menguasai
permasalahan yang dipelajari, jadi dapat berupa orang dewasa atau teman sebaya.
Dalam konteks koperatif, siswa yang lebih pandai dalam kelompoknya dapat
merupakan pakar bagi teman-teman dalam kelompok tersebut.
4.
Perancahan (Scaffolding).
Perancahan (scaffolding) mengacu kepada pemberian sejumlah bantuan oleh
teman sebaya atau orang dewasa yang berkompeten kepada anak. Menurut Slavin
(Ratumanan, 2004:47) scaffolding berarti memberikan kepada anak sejumlah
besar dukungan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi
bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung jawab
yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukan tugas tersebut secara
mandiri. Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan,
dorongan, menguraikan masalah dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat
mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya
memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, (2)
siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3) siswa gagal dalam meraih
keberhasilan. Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk membimbing
siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan
agar pencapaian siswa ke jenjang lebih tinggi menjadi optimum. Prinsip ini
melahirkan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran.
Bergumam (Private Speech).
Berguman adalah berbicara dengan diri sendiri atau berbicara dalam hati untuk
tujuan membimbing dan mengarahkan diri sendiri. Menurut Vygotsky private
speech dapat memperkuat interaksi sosial anak dengan orang lain. Private
speech dapat dilihat pada seorang anak yang dihadapkan pada suatu masalah
dalam sebuah ruangan di mana terdapat orang lain, biasanya orang dewasa. Anak
kelihatannya berbicara pada dirinya sendiri mengenai masalah tertentu, tetapi
pembicaraanya diarahkan pada orang dewasa. Private speech kemudian
dihalangi, tertangkap dan ditransformasikan ke dalam proses berfikir
Indikator
·
Mengidentifikasi prinsip
pembelajaran dengan pendekatan tertentu (pembelajaran kontekstual atau
pembelajaran berbasis masalah) (SMP)
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu peserta didik
menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata serta
memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dengan kehidupan nyata. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga peserta didik
memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.
Karakteristik
pembelajaran konstektual adalah sebagai berikut:
-
Proses pembelajarannya mencakup berbagai disiplin pengetahuan sehingga peserta
didik memperoleh perspektif terhadap kehidupan nyata.
-
Tujuan pembelajarannya berbasis pada:
* Standar disiplin pengetahuan yang
ditetapkan secara nasional atau lokal oleh asosiasi profesi.
* Pengetahuan & keterampilan yang
ditetapkan dalam tujuan memiliki daya guna dan kompetensi tertentu.
* Keterampilan berpikir tinggi seperti
pemecahan masalah, berpikir kritis dan pembuatan keputusan.
-
Pengalaman belajarnya mendorong peserta didik membuat hubungan konteks internal
dan eksternal.
-
Integrasi pendidikan akademik dan karier akan membantu peserta didik memahami
isi materi pelajaran dan pemahaman tentang karier atau bidang kajian teknis
tertentu.
Komponen
pembelajaran kontekstual meliputi:
1.
Kontruktivisme
2.
Inkuiri (menemukan)
Menemukan merupakan bagian inti kegiatan
pembelajaran berbasisi CTL (Contextual Teaching and Learning).
Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah: -
merumuskan masalah
-
mengamati atau melakukan observasi
-
menganalisis
-
mengkomunikasikan atau menyajikan hasil
3.
Questioning (bertanya)
Bertanya merupakan strategi utama
pembelajaran berbasis CTL
4.
Masyarakat belajar
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan antar yang tahu ke yang
belum tahu.
5.
Modeling (pemodelan)
Pendidik memberi contoh cara mengerjakan
sesuatu. Ada model yang bisa ditiru dan
diamati peserta didik sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci.
6.
Refleksi
Adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di
masa lalu.
7.
Penilaian autentik
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai
data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Penilaian
autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik.
Prinsip-prinsip
pembelajaran kontekstual meliputi:
-
Prinsip saling ketergantungan
Prinsip ini mengajak peserta didik mengenali
keterkaitan mereka dengan pendidik lain, peserta didik, masyarakat, dan
lingkungan alam.
-
Prinsip diferensiasi
Prinsip ini mengembangkan kreativitas dan
mendorong keragaman dan keunikan antara peserta didik untuk bekerjasama dalam
bentuk yang disebut simbiosis.
-
Prinsip pengaturan diri
Prinsip ini menyatakan bahwa kegiatan
belajar diatur sendiri, dipertahankan sendiri dan disadari sendiri oleh peserta
didik.
Pendekatan
pada pembelajaran kontekstual meliputi:
1.
Pembelajaran berbasis masalah
Merupakan pendekatan yang melibatkan peserta
didik dalam pengkajian pemecahan masalah yang memadukan keterampilan dan konsep
dari berbagai isi pelajaran.
2.
Penggunaan keragaman konteks
Pengalaman pembelajaran kontekstual dapat
diperkaya apabila peserta didik belajar keterampilan di berbagai lingkungan .
3.
Pengelompokan peserta didik
Tujuannya adalah agar mereka mapu berbagi
pengalaman dan informasi. Dalam pengelompokan peserta didik, anggotanya berasal
dari berbagai macam konteks dan latar belakang agar mereka memiliki berbagai
sudut pandang terhadap suatu masalah.
4.
Dukungan belajar peserta didik mengatur diri sendiri
Dalam pembelajaran kontekstual diharapkan
dapat mendorong peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dalam hal ini
mereka mapu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit
atau tanpa bimbingan dari orang lain.
5.
Pembentukan kelompok belajar saling ketergantungan
Peserta didik akan dipengaruhi dan akan
memberikan kontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain. Kelompok
belajar dibangun untuk berbagi pengetahuan dan memberikan peluang kepada
peserta didik untuk saling membelajarkan.
6.
Menggunakan asesmen autentik
Asesmen
belajar hendaknya berkaitan dengan metode dan tujuan pembelajaran. Asesmen
autentik menunjukkan bahwa belajar terjadi, terpadu dengan proses belajar
mengajar, dan memberikan kesempatan dan arah perbaikan kepada peserta didik.
Asesmen autentik hendaknya digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dan
memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran
0 comments:
Posting Komentar